Kamis, 03 April 2008

Papa Baru

“Enggak Mama ... Aku gak mau punya Papa baru!” Ananda berteriak kencang, saat Mamanya hendak pergi kencan dengan salah satu teman laki-lakinya.

“Sayang ... memangnya siapa yang mau cariin kamu Papa baru? Mama cuma mau pergi makan malam dengan teman lama Mama kok.” Sang Mama mencoba menerangkan dengan lemah lembut.

Ananda, seorang bocah berusia enam tahun. Saat ini ia duduk di bangku kelas satu Sekolah Dasar. Sebagai anak satu-satunya, Ananda kerap sekali bersikap manja kepada siapa saja, terlebih saat Papa KD tak pernah lagi kembali ke rumah. Konon kabarnya Papa KD dipindahtugaskan ke daerah pelosok. Sebagai prajurit yang berbakti, Papa KD pun menerima tugas itu dengan senang hati. Dan Mama Nisa yang baik hati pun dengan ikhlas merelakan Papa KD bertugas diplosok desa.

“Kalau begitu aku ikut!”

“Jangan sayang, Mamakan pergi dengan teman-teman Mama. Memangnya kamu mau ngobrol bareng dengan orang tua?” Mama Nisa tersenyum manis, ketika melihat anak semata wayangnya mulai merajuk.

“Iya Nanda, kamu di rumah saja dengan Om Dadun ya, nanti Om Dadun beliin es cream deh.” Om Dadun ikutan merayu.

Om Dadun adalah adik dari Mama Nisa, sudah dua bulan ini ia tinggal di rumah Mama Nisa. Sebenarnya Mama Nisa sudah sejak lama meminta Om Dadun untuk tinggal dengannya, namun Om Dadun tetap bersikeras tinggal di kampung bersama Nenek. Maklum saja Om Dadun ini orangnya super lugu, pemalu tapi dia pandai menulis lagu, sudah banyak lagu yang dibuat oleh Om Dadun, namun sayangnya tak satupun yang ia orbitkan “Malu ah, aku gak pede” selalu itu yang mejadi alasanya. Tapi anehnya meskipun Om Dadun orangnya pemalu, ketika di suruh bergaya di depan camera, Om Dadun mampu bergaya dengan pede dan narsis.

“Ok ... sayang, Mama pergi dulu ya,” Mama Nisa lalu mengecup kening anaknya yang imut-imut alias item mutlak, lalu dengan sedikit berlari Mama Nisa segera masuk ke dalam mobilnya. “Dadun ... jaga Ananda baik-baik ya!” teriak Mama sebelum mobilnya melaju.

Dan akhirnya, Malam Minggu ini lagi-lagi Ananda hanya ditinggal berdua dengan Omnya.

“Om, aku curiga. Cuma mau makan malam aja kok Mama dandannya rapih banget ya, wanginya minta ampun, aku sampai mau pingsan nyium bau parfum Mama.”

“Ya ... Mamakan mau pergi dengan temannya, kalau Mamamu gak rapih dan wangi nanti apa kata teman Mama. Ih ... Mamanya Ananda bau. Kamu mau Mamamu dibilang bau?” Om Dadun yang lugu dan kutu buku mulai membuka buku bacaanya.

“Ya ... enggalah Om. Mamaku kan cantik, Papa KD aja yang gak pernah nyadar, masa anak semanis aku dan istri secantik Mama Nisa di terlantarkan seperti ini. Papa KD jahat, dia lebih memelih tinggal di desa, dari pada di sini.” Lagi-lagi Ananda merajuk. Sementara Om Dadun hanya tersenyum sambil membenarkan letak kacamatanya yang super tebal.

Kalau sudah sibuk membaca, Om Dadun pasti gak akan bisa diganggu, dan kalau sudah begini, Ananda males untuk dekat-dekat dengan Omnya.
*****

Karena merasa bete, Ananda pun masuk kedalam kamar Mamanya, lalu ia pun merebahkkan tubuh mungilnya di atas kasur empuk milik Mama.

“Ah ... Papa, kok Papa KD gak pulang-pulang sih. Gak pernah telpon aku lagi, Papa sudah lupa ya dengan aku?” Ananda berbicara sendiri di kamar Mamanya sambil menatap foto Papa KD yang tampak perkasa denga seragam prajuritnya.

Dan tanpa sengaja Ananda menemukan foto yang tergeletak di bawah bantal Mama. Ada dua foto laki-laki. Tidak terlalu tampan tapi juga tidak jelek, hanya agak tua saja. Ananda mengamati kedua foto itu, sambil berfikir, mengapa foto ini ada di bawah bantal Mama. Ananda mencoba mengingat, siapa laki-laki yang ada di foto ini.

“Oh ... iya, aku ingat ini kan foto Om Amri yang mandor bangunan. Dan ini, bukanya foto Om Imrul yang punya distro? Lalu kenapa foto-foto ini ada sama Mama, atau jangan-jangan ..... “

“Om .... Daduuuuuuuuuuuunnn ....!!!”

________

1 Comment:

  1. Yuko said...
    Duuuh anak tiriku yang baik hati...

Post a Comment