Jumat, 16 November 2007

Sunat Yuk !


"Membuat cerita ini bersama Mamad Kacrut ^_^"

“Mad … ntar pulang ngaji kita main ke Balong yuk sama anak-anak yang laen !” Jono mengajak sahabat karibnya untuk bermain bola di lapangan Balong. Jono hoby sekali bermain bola, dia bilang kalau besar nanti dia mau jadi pemain bola seperti David Beckam.

“Ogaaahh aaahh Jon..gue mau nyelesein bikin ketapel biar besok bisa nyari Cicek”, Mamad menolak secara halus ajakan sahabat karibnya. sesungguhnya Mamad memang tidak begitu ingin untuk bermain di lapangan Balong, karena lebih penting baginya untuk membuat ketapel daripada harus mengeluarkan keringat. Sebenarnya bagi Mamad yang berbadan bongsor, menghabiskan sore hari di lapangan adalah suatu hal yang sia-sia, karena keringat yang keluar harus digantikan oleh nutrisi yang seimbang, dan itu hanya berarti satu hal, MAKAN.

Jono dan Mamad adalah dua orang bocah yang sudah bersahabat sejak masih dalam kandungan. Ibunya Jono dan Emaknya Mamad adalah sahabat karib semenjak jaman SMA dulu, mereka hamil pada saat yang bersamaan dengan usia kandungan yang sama pula, dan rumah merekapun satu atap satu dinding, maklumlah rumah petakan. Jadi bila saat Ibunda Jono dan Emaknya Mamad sedang ngerumpi, maka ngerumpi pulalah .. janin Mamad dan janin Jono … hehehhe ngasal.

Jono dan Mamad sama-sama duduk di bangku kelas 5 SD, namun mereka tidak sekelas, Jono kelas 5A sementara Mamad kelas 5B. Jono dan Mamad bisa di bilang bocah yang sangat usil, nakal, petakilan, banyak tingkah, namun IQ mereka tak di ragukan lagi (tak di ragukan kerendahannya ..maksudnya).

Jono, anak dengan perawakan kurus bahkan bisa di bilang ceking, tubuhnya tinggi engga, pendek juga engga, dengan ukuran badanya yang seperti itu Jono bisa bergerak lincah seperti bola bekel, masih doyan ngompol, kalo makan pedes suka histeris, mukanya kayak ikan Mujaer kekurangan makan, karena kadang mulutnya monyong-monyong sendiri.

Sementara Mamad bocah yang mempunyai ukuran tubuh yang tidak sewajarnya, pemalas kelas berat, setiap makan tidak cukup hanya dengan satu tangan, wajahnya bulat dan seperti hasil perselingkuhan antara Kuda Nil dengan Panda Beijing (gak usah di bayangin)

“Yaeelaaah .. elu Mad, gak metal banget sih tiap gue ajakin main bola gak mau mulu, lu maunya cuma nonton sambil ngejogrok kayak Kebo lagi ngubang, kaya gak ada kerjaan laen aja lu” Jono mulai kesal dengan sohibnya.

“Ah … elu Jon, lagian kalo gue main bola ntar lu bingung bedain bolanye ma perut dan pantat gue” jelas Mamad yang sadar bahwa bentuk badannya seperti bola.

”Ntar…maksud hati elu mau nendang bola, malah nendang pantat gue,” lalu Jono pun tertawa terbahak-bahak mendengar kepolosan sohibnya.

“Ya udah Mad..terserah elu deehh..tapi ntar kalo lu bikin ketapel sekalian bikinin gue ye Mad, trus jangan lupa abis itu lu susul gue ke lapangan Balong lu liatin gue main bola ya Mad” Jono memang suka sekali pamer kelihaiannya saat bermain bola, sementara di pinggir lapangan Mamad akan teriak-teriak menyemangati Jono, sambil mengunyah apapun yang bisa dia kunyah.

****

Sore itu langit begitu mendung dan sesekali terdengar suara petir menyambar di kejauhan. Jono terlihat bersemangat sepulang dari Ta’lim tempatnya mengaji, dan langsung melepas sarung, peci serta baju koko kesayanganya, asal buka, asal lempar, asal goblek, asal gak kena poster David Beckham kesayangannya.

“Buuuuuuuuu … baju kaos Jono yang ada gambar kodoknya mana ?!” teriak Jono sambil terus mengacak-ngacak lemari pakaianya.

“Lagi ibu rendem Jon, kemarinkan abis kamu pake, udah dekil, bau, kena ompol kamu jugakan semalam” jawab Ibunda Jono dengan lembut dan penuh kasih sayang. Walaupun sebenarnya ulah Jono sering membuatnya mengusap-usap dada, tetapi dia tetap sayang kepada Jono, anak semata wayangnya. padaha kecilnya tubuh Jono gak sekecil mata wayang.

“Yah…. Ibuuu” Jono cemberut. Baju kaos bergambar Kodok adalah baju kesayangan Jono, baju itu dia dapat dari Mamad saat ulang tahunya taun lalu. Ibunda Jono hanya tersenyum sambil merapikan sarung, peci dan baju koko milik Jono.

“Emang kamu mau kemana lagi Jon? Kan udah mendung, nanti kalau kamu kehujanan terus sakit gimana ??!” Ibunda Jono terdengar khawatir.

“Mau maen bola Bu” jawab Jono singkat.

“Kamu tuh ya … main bola teruus, awas ya kalau nanti malam ngompol lagi, Ibu sunatin kamu !!” ancam Ibunda Jono. Meski sudah kelas 5 SD Jono masuh takut untuk di sunat

“Jono gak mau Bu, kalau Anunya Jono di potong, lagian ibu jahat banget sih!,” Jono protes, mendengar ancaman yang membahayakan Anunya.

“Bentuk Anunya jono kan udah bagus begini Bu..ngapain pake mau dipotong segala sih?!” Jono berkilah saat di kampungnya akan di adakan Sunatan Masal. Berbeda dengan Mamad, saat itu Emaknya Mamad bisa dengan mudah membujuknya untuk ikut Sunatan masal, dengan hanya diimingi sepiring nasi uduk porsi jumbo dan sebotol limun, Mamad langsung mau merelakan Anunya disunat. Maklum, Mamad selalu menjadi lemah dan patuh apabila dijanjikan bonus makanan gratis.

Dengan cepat Jono mencium tangan Ibunya “Jono main bola dulu ya Bu. Assalamualaikum” pamit Jono sambil berlalu secepat mungkin. Sementara Ibunda Jono hanya melihat anak kesayangannya berlalu, sambil menggelengkan kepalanya.

****

Dengan santai Mamad menghaluskan batang kayu yang mirip bentuk huruf Y yang nantinya akan digunakan untuk membuat katapel. Mamad sebenarnya memiliki tangan yang terampil, tapi sayang keterampilannya itu selalu bisa dikalahkan oleh rasa malasnya yang memang sudah mencapai tahap kritis.

“Wooiii Mamad…jadi nonton gue maen bola gak?? Buruan donk..udah kesorean nih!!”, teriakan histeris Jono mengejutkan Mamad yang sedang asyik menggosok batang katapel.

“Dasar kampret item…bikin gue kaget ajah lu Jon…kalo gue sakit perut gara-gara kagetkan kasian masakan yang udah dibikin Emak!!”. Jono hanya tersenyum takjub melihat kelakuan sahabatnya.

Akhirnya setelah merapihkan peralatan membuat katapelnya, Mamad dan Jono memulai perjalanan mereka menuju Lapangan Balong, tempat mereka bermain. Selama perjalanan ke lapangan Balong, kedua sahabat karib ini berangkulan mesra sambil bersenandung riang.

Siang bolong jangan pade bengong
Kaya Mamad ompong makan kedondong
Yang di kampong, ampe rumeh gedong
Semua nonton , Jono ma Mamad main di Balong

“Hahahahah ….. maksa banget lu Jon syairnya” protes Mamad.

“Biarin aja … EGP” jawab Jono santai

“EGP? Apaan lagi tuh ?” Tanya Mamad penasaran.

“Emang Gue Pikirin, ahhh payah lu gitu aja gak tau. Dudulz !.”

Ketika lapangannya sudah terlihat di depan mata, terlihat Jono semakin sumringah, sementara Mamad terlihat santai, sambil melihat ke kanan dan kiri, mencari posisi yang teduh dan nyaman untuk mendudukkan pantatnya yang selebar gerbang sekolahan (ah terlalu berlebihan).

Ketika jono akan berlari menyambut teman-temannya yang terlebih dahulu sampai di lapangan, tiba-tiba terdengar suara halus dan mematikan “prêt…preeett..preeeettt”, Jono yang terkejut mendengar suara misterius itu, melirik kearah sahabatnya si Mamad yang tersenyum malu-malu, dan dengan santainya berkata, “Maab Jon..gue udeh kagak nahan..daripada masup angin…hehehehe”. Jono kembali hanya mampu geleng-geleng melihat kelakuan ajaib sahabatnya itu. (Maab ? hahhahah pake b, kayak qolqolah aja).

****

Seperti biasanya lapangan Balong terlihat begitu ramai dengan anak-anak yang bermain. Mulai dari yang bermain layang-layang, sepakbola, dampu, sampai yang lomba menangkap cacing di ujung empang dekat lapangan. Sementara itu Jono dan Mamad terlihat bersemangat dan bergelora. Jono bersemangat karena akan memperlihatkan kelihaiannya bermain sepakbola, sementara Mamad bergelora melihat jajaran penjual makanan yang berada di pinggir lapangan.

Kedua sahabat itu langsung sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Jono mulai memasuki lapangan bola dengan gaya seorang atlit bola profesional. Mamad juga mulai terlihat mengatur strategi untuk menghabiskan uang jajannya di tangan para penjual makanan. Dan hari pun semakin sore, sementara mendung terlihat semakin pekat dan petir terdengar menyambar semakin keras.

Hujan yang dari tadi menunggu untuk mengguyur bumi, akhirnya turun dengan derasnya. Sebagian anak-anak yang tadinya sedang bermain dengan gembira mulai berlarian mencari tempat berteduh atau pulang ke rumahnya sebelum badannya semakin basah, sementara sebagian lainnya justru malah semakin gembira melihat hujan telah turun dengan derasnya, dan mulai sibuk berkejar-kejaran, saling berlomba menjatuhkan satu sama lain, termasuk Jono dan Mamad. Terdengar tawa riang yang ditimpali suara kecipak air yang menggenangi lapangan.

“Hiaaaaattttt…”, Jono terlihat mencoba naik ke atas punggung Mamad yang empuk, “huwaaaa…”, Mamad yang kehilangan keseimbangan langsung terjatuh bersama-sama dengan Jono di atas punggungnya, lalu secara serempak mereka tertawa dengan puasnya. Tiba-tiba Mamad membalikkan badan dan secara tak sengaja menarik celana Jono ke bawah ketika hendak berdiri.

“Waaahhhhh Jono belom disunat….” terdengar teriakan dari salah seorang anak yang sedang bermain. Tiba-tiba semua mata menoleh kearah Jono, dan Jono hanya tertegun menyadari bahwa celananya telah berada di bawah lututnya, mukanya langsung merah-kuning-hijau seperti traffic light di simpang jalan. Semua anak-anak langsung tertawa terbahak-bahak, termasuk si Mamad.

Jono langsung berlari sekencang-kencangnya tanpa mempedulikan sekitarnya, sambil menyeka wajahnya yang basah terkena air hujan. Belum pernah sekalipun dia merasa dipermalukan seperti yang baru saja terjadi. Jono merasa begitu terasing, aneh, bingung dan kalut, karena hanya dia sendirilah yang anunya belum disunat.

Sesampainya di rumah, Jono langsung menghambur ke dalam pelukan Ibunya sambil menangis sesengukan. Ibunda Jono terkejut melihat kelakuan anaknya, dan langsung mendekap anaknya.

“Jon..Jono..kamu kenapa nak?” Ibunda Jono terdengar khawatir karena Jono tidak berhenti juga menangis.

“hayoo..bilang sama ibu sapa yang bikin kamu nangis??!”, Ibunda Jono semakin terdengar khawatir karena anak kesayangannya tetap menangis tanpa menjawab pertanyaannya.

Tak lama kemudian Mamad terlihat berlari tergopoh-gopoh kearah rumah Jono. Ketika sampai di depan pintu rumah petaknya Jono, Mamad langsung berteriak dengan penuh semangat, “Jon..elo kagak nape-nape kan??”, Mamad melongokkan kepalanya dari balik pintu, Mamad melihat sahabatnya sedang dipeluk oleh ibunya.

Seketika Jono menoleh, “Dasar kodok bantet..cumi gondrong…gorilla picek..bla..bla..bla” secara serentak keluar segala jenis cacian dan makian dari mulut Jono. Mamad hanya tersenyum tak berdosa seraya berkata, “Kan gue kagak sengaja Jon..maab dah”.

Setelah keadaan mulai mereda akhirnya Mamad mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ibunda Jono hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum menahan tawa. “Ya udah…kan ibu sudah sering bilang ke kamu supaya anu kamu disunat.” Ibunda Jono berkata dengan bijak sambil mengusap-usap kepala Jono dengan penuh kasih sayang.

“Iyah Bu…pokoknya sunatan masal besok Jono rela anunya Jono disunat,” Jono berkata penuh kepercayaan diri. Mamad hanya tersenyum lega mendengar kata-kata sahabatnya.

2 Comments:

  1. vieajah said...
    hoouuwyah...
    veve veve.. 9w sampe gag sadaR daRitadi 9w cenGaR cenGiR ndiRian.. hohoho
    Anonim said...
    bagus pep..

    enjoy banget bacanya.

    sukses buat kamiu..

Post a Comment